Reporter: Gareng di Lapangan, Petruk di WiFi Gratisan Masjid
Trucuk, GarPetNews – Suasana Kamis (10/4/25) di Kecamatan Trucuk penuh senyum, peluk, dan tepuk tangan. Tapi jangan salah, ini bukan audisi pencarian bakat, melainkan Halal Bi Halal ala Korwil Pendidikan Trucuk. Seluruh kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, hingga Forkopincam dan tokoh masyarakat kompak hadir. Yang gak datang cuma siswa, karena takut dikira ujian susulan.
Acara ini bukan sekadar kumpul-kumpul nostalgia atau ajang flexing baju batik terbaru. Ketua Korwil Pendidikan, Bapak Sukono, justru menyulut api semangat pendidikan karakter di tengah gempuran anak-anak yang lebih hafal filter TikTok daripada sila Pancasila.
“Kalau teknologi gak dibarengi karakter, bisa-bisa anak kita lebih ngerti algoritma daripada akhlak,” ujar Sukono, sambil sesekali menyeka keringat perjuangan.
Gadget: Teman Belajar atau Musuh dalam Kasur?

Masalah yang diangkat bukan kaleng-kaleng: gadget. Si benda pipih yang katanya alat bantu belajar, tapi lebih sering dipakai buat nonton konten review ciki 1.000 isi mainan. Sukono sadar, gadget bisa berfaedah kalau diatur, tapi bisa berulah kalau dibebaskan.
Makanya, muncullah ide cemerlang: Program 18.21.
Bukan kode rahasia illuminati, tapi jam sakral untuk menaruh gadget dan kembali ke kitab suci… alias LKS.
Pukul 18.00 – 21.00 WIB: Gadget Dimatikan, Otak Dihidupkan.
Waktu belajar, bukan waktunya scroll reels sampai ketiduran. Harapan Sukono, program ini bakal jadi senjata pamungkas saat konferensi kepala sekolah nanti. Kalau bisa viral, siapa tahu 18.21 bisa jadi kurikulum nasional, mengalahkan sinetron jam prime time.
Gareng Ngomong, Petruk Nambahin:
Kami ikut bangga lihat Korwil Trucuk mulai sadar kalau mendidik anak zaman now bukan cuma soal ranking, tapi soal nalar dan nurani. Di zaman AI makin cerdas, jangan sampai manusia malah makin lemot.
Kalau gadget makin smart, tapi generasi makin slow response, berarti ada yang salah di charge-nya—bukan colokan listriknya, tapi pendidikan jiwanya.
Dan jangan lupa…
Mendidik anak itu bukan cuma tugas guru.
Tapi juga tugas orang tua, tetangga, dan bahkan grup WA wali murid yang biasanya lebih rame bahas snack study tour daripada rapor anak.
Penutup Satir-Sayang:
Selamat untuk Korwil Trucuk. Halal bi halal-nya bukan cuma soal maaf-maafan, tapi juga maafkan generasi yang kita biarkan dikuasai layar. Semoga langkah kecil ini bisa jadi gelombang besar.
Biar kelak kita nggak cuma punya anak-anak yang cerdas finger swipe, tapi juga cerdas berjiwa.
Tertanda,
Gareng & Petruk – Duo Pendidikan Alternatif Tanpa Paket Data
















