Oleh: Tim Redaksi Harian Nasional Gareng Petruk
Bombana, 11 Oktober 2024 – Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bombana 2024 semakin panas, apalagi dengan hadirnya pasangan Andi Nirwana Sebbu dan Heryanto di panggung politik. Namun, di balik senyum manis dan poster-poster kampanye, ada bayangan gelap yang mengiringi keduanya. Dinasti politik, korupsi masa lalu, hingga skandal caci maki jadi bumbu yang membuat pasangan ini sulit terlepas dari sorotan negatif. Makin diulik, makin berasa pedasnya!
Dinasti Politik: Warisan atau Beban?
Andi Nirwana Sebbu bukanlah nama baru di Bombana. Sebagai istri dari Tafdil, mantan bupati Bombana yang dua kali berkuasa, langkah Andi Nirwana ke kursi bupati terasa seperti episode terbaru dari sinetron “Dinasti Politik Bombana”. Bukannya bikin segar, kehadiran dinasti ini malah membuat rakyat mulai bertanya-tanya: Apa Bombana sudah kekurangan figur pemimpin sampai harus mewariskan jabatan seperti takhta kerajaan?
Gareng pun menyindir dengan gaya khasnya, “Dinasti ini lebih kuat dari batu karang di pantai! Padahal, rakyat sudah mulai bosan dengan wajah yang sama terus-terusan.” Petruk menimpali, “Kalau begini terus, jangan-jangan Bombana bakal jadi kerajaan politik dengan Andi Nirwana jadi ratunya!”
Skandal Korupsi: Hantu Masa Lalu yang Tak Hilang
Selain dinasti politik, bayang-bayang gelap korupsi juga masih melekat kuat di keluarga ini. Tafdil, suami Andi Nirwana, dikenal dengan sejumlah kasus korupsi yang sempat menyeret namanya. Meski kasus itu sudah berlalu, rakyat Bombana tentu belum lupa. Bagaimana bisa seorang pemimpin yang punya jejak korupsi di masa lalu sekarang malah ‘mewariskan’ kursi bupati ke istrinya?
“Bombana ini butuh pemimpin yang bersih, bukan yang sibuk bersih-bersih nama keluarga dari skandal,” ujar Petruk sambil garuk kepala. “Kalau suaminya sudah bermasalah, apa kita yakin istrinya bakal beda?”
Rakyat Bombana tentu berharap pada pemimpin yang mampu membawa perubahan positif, bukan hanya melanjutkan cerita lama yang diwarnai dengan kasus korupsi. Sayangnya, skandal lama itu tampaknya masih membayangi langkah Andi Nirwana dalam pilkada ini.
Drama Heryanto: Dari Cawabub ke Caci Maki
Tak ketinggalan, Heryanto, calon wakil bupati yang berpasangan dengan Andi Nirwana, juga tak kalah kontroversial. Baru-baru ini, namanya jadi sorotan setelah dilaporkan ke Polda Sulawesi Tenggara terkait kasus caci maki terhadap Mokole Moronene, salah satu tokoh adat berpengaruh di Bombana. Heryanto, yang seharusnya tampil sebagai figur pemersatu, malah jadi pemicu ketegangan di masyarakat.

Gareng langsung menimpali, “Wakil bupati kok malah hobi bikin ribut? Pemimpin itu tugasnya bikin tenang, bukan bikin panas!” Petruk dengan candaannya berkata, “Kalau begini, Bombana butuh lebih banyak pemadam kebakaran daripada kepala daerah!”
Kasus ini jelas merusak citra pasangan Andi Nirwana-Heryanto. Bagaimana mungkin mereka bisa memimpin kalau Heryanto sendiri belum mampu menjaga etika berbicara dengan para tokoh masyarakat?
Rakyat Bombana Butuh Pemimpin, Bukan Penguasa
Di tengah segala hiruk pikuk politik ini, satu hal jelas: rakyat Bombana sudah mulai lelah dengan drama dinasti, skandal, dan sikap tidak pantas. Mereka membutuhkan pemimpin yang bisa membawa perubahan nyata, bukan hanya kelanjutan dari cerita lama yang penuh masalah.
Gareng dan Petruk sepakat bahwa Bombana butuh pemimpin yang tidak hanya bisa bicara soal janji-janji manis, tapi juga menunjukkan sikap yang pantas sebagai pemimpin. Andi Nirwana dan Heryanto mungkin pandai beretorika, tapi bagaimana mereka bisa dipercaya jika masa lalu dan sikap mereka terus membayangi?
Pesan dari Gareng dan Petruk: Waspadai Dinasti dan Skandal
Gareng menutup dengan pesan yang menusuk tapi penuh tawa, “Kalau Bombana terus-terusan dikuasai dinasti yang sama, jangan heran kalau kita makin lama makin jauh dari perubahan. Ingat, pemimpin itu bukan soal siapa suaminya atau istrinya, tapi soal apa yang dia lakukan buat rakyat!”
Petruk menambahkan dengan gaya khasnya, “Kalau cawagubnya malah bikin rusuh, mending cari yang lebih sopan aja, biar Bombana damai, aman, dan makmur!”