Peringatan Hari Buruh Internasional di Jember kali ini berlangsung sumringah bin rame! Alun-Alun Jember jadi lautan manusia, tapi jangan salah, ini bukan demo kenaikan upah, melainkan… jalan santai! Iya, buruh jalan-jalan, bukan ke rumah kontrakan, tapi ke panggung apresiasi—dengan iringan tepuk tangan dan senyum manis para pejabat.

Hadir pula sang bintang tamu utama: Kapolres Jember AKBP Bobby A. Condroputra. Didampingi Wakapolres Kompol Ferry Dharmawan dan jajaran PJU, beliau ikut nyemangatin ribuan peserta. Wah, buruh disalami, difoto, dikasih semangat. Tapi… uang lauknya masih hutang!
“Buruh adalah Tulang Punggung Ekonomi!” Tapi Kok Kayaknya Punggungnya Pegal Terus?
Dalam pidatonya, Pak Kapolres menyampaikan penghormatan kepada para buruh yang katanya adalah “tulang punggung pertumbuhan ekonomi.” Kami di redaksi sempat diam sejenak dan mikir: “Wah, jangan-jangan punggung buruh kita udah keropos, Pak… soalnya beban hidupnya berat terus, tapi penghasilannya enteng banget!”
Tapi tenang, nuansa acara tetap ceria. Ada yang lari-lari bawa anak, ada yang nyari kupon undian, dan tentu saja… ada yang diam-diam nyari sinyal buat ngecek utang di aplikasi pinjaman online.

Buruh Dihormati, Tapi UMR Masih Sekadar Ucapan Motivasi
Kritik santai ala Gareng: peringatan Hari Buruh harusnya bukan cuma soal panggung dan pidato, tapi juga soal perubahan nyata. Misalnya: gaji cukup, cuti yang manusiawi, dan pengawasan perusahaan yang serius. Kalau cuma dipanggil “pahlawan ekonomi” tapi dapet gaji minimum yang maksimal bikin pusing, ya itu namanya pahlawan yang dilupakan!
Pesan Moral dari Petruk (sambil ngelap keringat buruh yang baru jalan 5 km):
> “Buruh itu bukan mesin, apalagi robot subsidi. Mereka butuh penghargaan yang lebih dari sekadar tepukan di bahu, apalagi bahunya udah bungkuk karena lembur!”
Akhir Kata: Jalan Santai Boleh, Tapi Perjuangan Buruh Jangan Sampai Jalan di Tempat
Gareng dan Petruk sih senang-senang aja lihat acara seru kayak gini. Tapi lebih seru kalau selepas acara, para buruh itu bener-bener merasakan hasil dari ketekunannya. Jangan sampai setiap tanggal 1 Mei jadi parade hiburan, tapi 2 Mei sampai 30 April tahun depan masih jadi bulan penuh cucuran keringat tanpa jaminan.
Selamat Hari Buruh, semoga bukan cuma jadi hari libur!
(Pewarta: Santoso, sambil nunggu doorprize jalan santai, tapi nggak dapet juga…)















