Klaten, 20 April 2025 – Gedung Graha Bung Karno Klaten hari itu penuh semangat. Bukan karena ada konser dangdut atau lomba balap karung, tapi karena DPD PKS Kabupaten Klaten sedang merayakan milad ke-23 partai. Acaranya komplit: mulai dari Halal Bihalal, sambutan tokoh partai, hingga dihadiri ribuan kader dan simpatisan dari seluruh penjuru Klaten. Tak ketinggalan, Bupati dan Wakil Bupati juga turut hadir—ya, semacam reuni politik dengan vibes silaturahmi.
Di tengah semarak acara, Mas Yudi Prabowo—anggota DPRD Klaten dari Fraksi PKS—menyampaikan pernyataan serius nan manis. “Kami akan terus berupaya melayani rakyat di semua bidang, baik politik, sosial, maupun kemasyarakatan lainnya,” katanya kepada awak media. Pernyataan itu begitu rapi, seolah sudah dilatih berulang kali di depan kaca. Tapi Gareng yang kebetulan lewat nyeletuk, “Lha iya Mas, tapi jangan sampai rakyat cuma dilayani pas kamera nyala, pas pemilu deket, atau pas milad doang!”
Mas Yudi juga bicara soal pentingnya kekompakan dan kesatuan partai. Katanya, untuk bisa berbuat positif dalam skala besar, perlu soliditas antarstruktur.
Petruk, sambil duduk di warung kopi, manggut-manggut, “Bagus sih soliditasnya, tapi jangan sampai solid dalam ruangan rapat, lalu cair di lapangan pas rakyat ngeluh jalan rusak, harga mahal, dan air nggak ngalir!”

Acaranya meriah, musiknya semangat, para kader bersorak bahagia. Tapi di luar gedung, ada Pak Slamet, buruh tani, yang melintas sambil dorong sepeda, nyengir tipis, “Semoga ulang tahunnya bukan cuma buat selfie dan tumpengan, tapi juga buat mikirin kami yang tiap hari ke sawah pakai sandal jepit bolong.”
Lucunya, setiap kali partai ulang tahun, rakyat selalu disuguhi kalimat yang indah dan janji yang menyenangkan hati. Tapi soal aksi? Kadang hanya sebatas baliho dan caption media sosial.
Gareng nambahin, “Kalau partai itu ibarat pacar, rakyat ini udah capek denger janji manis doang. Maunya sih bukti nyata, bukan kata-kata mutiara.”
Tapi ya sudahlah. Selamat ulang tahun ke-23 buat PKS Klaten. Di usia matang ini, harapan rakyat makin tinggi. Bukan sekadar hadir di acara, tapi hadir juga saat rakyat kesusahan. Bukan sekadar pidato soal pelayanan, tapi juga aksi nyata yang terasa sampai dapur rakyat kecil.
Gareng bilang: “Kalau memang niat melayani, jangan nunggu milad dulu buat turun ke bawah.”
Petruk nambahin: “Ucapan manis itu gratis, tapi kerja nyata itu mahal—dan itu yang rakyat butuhkan.”
Semoga tahun depan, ulang tahun ke-24, yang dirayakan bukan cuma usia partai, tapi juga keberhasilan membuktikan bahwa janji bukan sekadar bumbu pidato.
Hidup rakyat! Hidup logika sehat! Dan semoga para wakil rakyat makin ingat siapa yang mereka wakili.
















