Klaten – Rakyat Bersorak, Perangkat Desa Teriak
Tanggal 1 Mei 2025, bukan cuma Hari Buruh, tapi juga Hari Bahagia Para Perangkat Desa! Di Joglo Saestu, Klaten, tempat biasanya orang nyanyi campursari dan makan nasi liwet, kini jadi saksi pengukuhan DPP PPDI (Persatuan Perangkat Desa Indonesia) oleh Menteri Desa PDTT, Pak Yandri Susanto.
Kata Garèng, “Wah, saiki perangkat desa ora mung dikukuhke, tapi mulai nduwé harapan ora dikukus terus statusnya!”

Ketua Umum DPP PPDI, Sarjoko, tampil gagah, tapi suaranya tetap merakyat:
“Mohon Pak Menteri, kita diberi status kepegawaian yang jelas. Namanya perangkat desa, tapi nasibnya sering diparkir di pinggir, ora jelas jenenge pegawai apa relawan berseragam.”
Petruk nyeletuk, “Iki lho Pak Menteri, perangkat desa tugasnya tumpuk-tumpuk, dari data bantuan, ngurus surat, sampai jaga kondangan. Tapi gajinya kadang kalah karo honor tukang parkir swalayan.”
Pak Menteri Yandri Susanto, yang ternyata ngerti rasa, langsung janji akan perjuangkan status kepegawaian mereka. Katanya, “Panjenengan semua adalah ujung tombak. Tapi ojo lali, tombaknya kudu diasah, bukan ditaruh di gudang.”
Beliau bahkan janji bakal ngobrol serius sama Menteri PAN-RB, biar status perangkat desa itu gak lagi status “abu-abu lebih gelap dari kopi hitam di pos ronda.”
Garèng pun angkat topi—walau gak punya.
“Kalau perangkat desa diberi status jelas, hidupnya bisa tenang. Gak ada lagi cerita Pak RT ngurus 17 surat sehari, tapi kalau sakit, malah ngajuin surat sendiri ke dirinya sendiri.”

Pak Yandri juga bilang perangkat desa penting banget buat suksesnya program-program seperti Koperasi Merah Putih, MBG, dan Pembangunan Desa Mandiri.
Petruk manggut-manggut, “Iya, Pak. Tapi ojo mung dibeban tugas, tolong juga dibeban anggaran… ke dompet mereka!”
—
Harapan Baru di Joglo Saestu
Dengan pengukuhan ini, perangkat desa dapat semangat baru. Bukan hanya semangat ngopi bareng kepala desa, tapi semangat untuk kerja jelas, hak jelas, status juga jelas.
Garèng nutup berita sambil nyengir:
“Kalau perangkat desa kuat, desa jadi hebat. Tapi kalau perangkatnya hanya jadi pelengkap, ya rakyat yang jadi korban peradaban setengah matang!”
—
NB: Kita bukan nuntut langit, cuma minta kejelasan. Karena kalau “perangkat” rusak, jangan salahkan “sinyal” pemerintahan jadi ngadat!















