Blitar – Biasanya pesilat itu identik dengan ketenangan jiwa, ketajaman batin, dan gerakan indah penuh makna. Tapi lima pendekar dari Tulungagung ini rupanya lebih suka turun ke jalan daripada naik ke ring akhlak.
Sabtu malam, 24 Mei 2025, bukannya ngaji atau nonton wayang, mereka malah bikin warga Blitar mendadak waspada nasional. Lokasinya bukan di arena kejuaraan, tapi di depan Kantor Kabupaten Blitar!
Gareng nyeletuk:
> “Lha kok silatnya bukan buat bela diri, tapi malah nggetak masyakat kayak mau bela warung sebelah dari serangan diskon Indomaret?”
—
Silat Mode “Rusuh”, Bukan Mode “Syukur”
Lima pendekar ini, yang masing-masing berinisial YP (22), MM (28), MAPS (22), RAF (19), dan MHM (17), kedapatan bikin ulah tengah malam. Dan bukan hanya karena suara teriakannya yang bikin ayam kampung masuk angin, tapi juga karena membawa atribut komplit – dari baju perguruan sampai arak Bali yang jumlahnya bikin pengamen sumbang suara.
Barang bukti yang diamankan?
7 potong baju silat (padahal nggak ada ujian sabuk),
5 helm (mungkin buat jaga kepala dari karma sosial),
3 motor (ya masa jalan kaki, gengsilah),
6 handphone (biar bisa update status: “Menuju Blitar, siap bikin geger”),
dan tentu saja, 4 botol arak Bali – minuman tradisional yang salah alamat.
Petruk komentar:
> “Silat plus arak itu bukan kearifan lokal, itu kombinasi gagal paham spiritual!”

—
Yang Dua Ditahan, Tiga Lainnya Bebas Tapi Was-was
Dari hasil intropeksi polisi, eh, interogasi maksudnya, dua orang dinyatakan layak jadi tersangka – MM dan RAF. Sementara tiga lainnya hanya disemprit sambil dipesan: “Jangan ngulang, Rek. Kalau mau viral, mending bikin konten edukasi.”
Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman langsung menyalakan mode tegas. Beliau bilang:
> “Kami tidak akan toleransi tindakan yang ganggu ketertiban umum.”
Bahasa kasarnya: “Silat boleh, asal jangan silat lidah apalagi silat mabuk.”
—
Kapolres Mode Sat Set: Jangan Takut Lapooor!
Kapolres juga menghimbau agar masyarakat tak perlu takut lapor ke polisi. Kalau lihat aksi premanisme atau pendekar dadakan yang lebih banyak gaya daripada manfaat, langsung telpon 110.
Gareng mendukung:
> “Kalau lihat orang pakai baju silat tapi kelakuannya kayak sinetron antagonis, cepat lapor! Jangan nunggu trending dulu di TikTok!”
—
Akhir Kata dari Gareng dan Petruk
Di zaman sekarang, silat itu harusnya jadi alat membentuk karakter, bukan karakter jadi alat buat sok kuat. Kalau udah pakai seragam, tapi kelakuan kayak pemburu konten keonaran, ya itu bukan pendekar, tapi pen-dakar – pendaki masalah.
Petruk menyimpulkan:
> “Kalau kamu silat buat gaya, mending ikut lomba cosplay aja. Lebih aman, lebih damai, dan bisa dapet hadiah!”
Semoga perguruan silat di mana pun, bisa tetap jadi wadah membentuk generasi yang kuat tapi rendah hati, bukan kuat tapi overacting di ruang publik.
Silat itu ilmu, bukan alibi.
Disiplin, bukan drama.
Dan ingat, pendekar sejati… nggak pernah bikin warga was-was tiap malam minggu!
















