Bekasi Timur, Kota Mistis – Warga Bekasi Timur, khususnya di Perumahan Familia Urban, mendadak merasa sedang syuting film horor bertema “Pegunungan Mistis”, padahal mereka tinggal di dataran rendah yang biasanya lebih panas dari kompor kos-kosan tanggal tua. Tapi Minggu sore, 29 Juni 2025, suasananya beda—kabut turun tebal, hawa dingin menyelinap, dan banyak warga yang mendadak berubah jadi pujangga karena suasana syahdu menyerupai puncak gunung padahal cuma di teras rumah.
Mulai pukul 15.45 WIB, kabut tipis-tipis muncul seperti malu-malu kucing. Tapi makin lama, makin nekat dan tebal—mirip utang pinjol yang awalnya cuma seratus ribu tapi tahu-tahu jadi sejutaan. Jarak pandang? Mentok di 250 meter. Jadi, yang biasanya bisa kepoin tetangga dari jauh, kali ini hanya bisa nebak-nebak, “Itu Mas Joko atau tiang listrik?”
Hawa dingin pun terasa, bikin warga bingung mau ngopi atau meringkuk sambil cari selimut. “Rasanya kayak lagi liburan ke Lembang, padahal ini Bekasi,” ujar Saskia Rohani, warga setempat, sambil memeluk bantal dan mengenang mantan.
Menurut Saskia, ini pertama kalinya kabut setebal ini menyelimuti wilayah mereka. “Biasanya yang menyelimuti itu cicilan motor, bukan kabut,” tambahnya.
Padahal, menurut ramalan cuaca dari BMKG, cuaca Bekasi hanya “berawan”, suhu 26–29 derajat Celsius, dan kelembaban 87–95 persen. Tapi kenyataannya, kabut ini sukses bikin kota seolah-olah sedang naik level: dari “Bekasi Kota Patriot” jadi “Bekasi Kota Kabut Takdir”.
Logika Alam Bekasi, Lagi Nge-prank?
Fenomena ini memang bikin penasaran. Ada yang menduga ini efek perubahan iklim, ada juga yang bilang mungkin kabut ini simbol: bahwa logika di negeri ini juga sedang berkabut, samar-samar, dan bikin susah lihat ke depan. Bisa jadi kabut ini pertanda alam: “Hei, tolong jaga lingkungan, jangan cuma jaga image!”
Tapi yang jelas, kabut ini menghibur sekaligus merenungkan. Sebab, kabut alamiah mungkin bisa segera hilang, tapi kabut logika dan kebijakan publik yang ngambang? Nah, itu yang awet, tahan lama, dan bikin rakyat sering merasa hidup dalam film bergenre absurd.
Catatan Gareng dan Petruk:
Gareng: “Petruk, menurutmu ini kabut apa kabur?”
Petruk: “Kabut, Gareng. Tapi jangan-jangan ini sinyal, biar yang di atas sadar: rakyat butuh kesejukan beneran, bukan sekadar angin surga!”
Bekasi, kota yang biasanya panasnya bisa ngalahin wajan penggorengan, kini diselimuti kabut dingin. Entah hanya anomali cuaca atau tanda dari semesta agar manusia lebih waras, yang jelas, momen ini bikin Bekasi jadi viral bukan karena kemacetan atau demo, tapi karena dinginnya suasana dan kabut penuh tanda tanya. Apapun itu, semoga kabut ini bukan sekadar pemandangan, tapi juga panggilan untuk benahi lingkungan… dan logika!
Harian Nasional Gareng Petruk: Menyindir dengan bahagia, mengkritik dengan tawa, menemani rakyat di segala cuaca.
















