Batu, 28 Oktober 2025 – Di tengah hiruk pikuk dunia yang makin digital, ternyata masih banyak pemuda yang sinyalnya lebih sering putus daripada hubungan mereka. Tapi tenang, katanya mereka ini tetap jadi motor penggerak perubahan bangsa — meskipun motornya kadang masih ngampas, belum lunas juga di leasing.
Kata orang tua dulu, “pemuda itu harapan bangsa.”
Tapi di zaman sekarang, bangsa kadang juga bingung mau berharap apa, soalnya pemudanya sibuk bikin konten “prank pocong pura-pura pingsan” di pinggir jalan demi views. 😭
Pemberdayaan Pemuda: Dari Kelas sampai Lapak Kopi
Nah, pemberdayaan pemuda itu katanya penting banget. Tapi kadang pemuda kita lebih berdaya waktu rebut colokan charger di kafe daripada rebut peluang masa depan.
1. Pendidikan, Tapi Jangan Cuma Hafal Doa Ujian
Katanya pendidikan itu fondasi utama. Tapi ya gimana mau kuat, kalau fondasinya aja masih retak — sekolah bocor, sinyal lemot, dan guru kadang ikut ngeluh bareng muridnya.
Tapi tenang, di balik semua itu, masih banyak anak muda yang kreatif. Mereka bisa bikin startup dari kamar kos, padahal kamarnya cuma 2×3 meter dan ventilasinya kalah sama lubang kucing.
Quote dari warung kopi:
” Anak muda itu seperti Wi-Fi gratis — semua orang mau nyambung, tapi sedikit yang ngerti password perjuangannya.”
2. Lapangan Kerja dan Kewirausahaan
Nah ini. Katanya pemuda jangan jadi pencari kerja, tapi pencipta lapangan kerja.
Masalahnya, bikin lapangan kerja itu susah kalau modalnya cuma “semangat dan utang dari temen”.
Tapi ya begitulah pemuda Indonesia — nekat dulu, urusan untung rugi belakangan.
Bahkan ada yang bilang:
” Anak muda sekarang pinter banget! Bisa buka usaha jualan online, padahal HP-nya masih numpang hotspot tetangga.”
Kalau itu bukan jiwa wirausaha, entahlah apa lagi. 😎
3. Teknologi dan Inovasi: Pemuda dan Dunia Digital
Generasi sekarang hidup di dunia digital. Tapi ya kadang terlalu digital — chat gebetan di WA bisa lancar, tapi ngobrol sama orang tua di ruang tamu malah kagok.
Tapi jangan salah, banyak juga pemuda yang jenius. Ada yang bikin aplikasi buat bantu UMKM, ada juga yang bikin filter wajah supaya kelihatan kayak idol Korea (meski aslinya masih kayak hasil garapan tambang pasir 😆).
” Teknologi itu hebat, tapi inget… jangan sampai kamu update status lebih sering dari update akal sehat.”
Tantangan: Dari Politik Identitas sampai Identitas Belum Jelas
Pemuda zaman sekarang harus hati-hati. Banyak yang terjebak politik identitas — sibuk debat di medsos, padahal nasi bungkus di sebelah udah dingin.
Ada juga yang terjebak filter identitas, alias wajahnya di dunia nyata beda 7 level sama profil Instagram-nya.
Dan soal media sosial?
Waduh.
Kalau dulu revolusi butuh manifesto, sekarang cukup “caption panjang disertai emot sedih dan lagu sedih dari Reels.”
Strategi Pemberdayaan Pemuda:
Pemerintah katanya mau bikin banyak program buat pemuda. Tapi yang sering jalan justru lomba tiktok bertema nasionalisme dan seminar “Kunci Sukses di Usia Muda” — yang pesertanya banyak, tapi semua pulang cuma dapet sertifikat PDF.
Makanya, pemuda harus mandiri!
Jangan cuma nunggu bantuan.
Kalau bisa, jadi solusi — meski sementara cuma solusi buat warung sebelah biar gak sepi pelanggan.
” Bangsa besar bukan lahir dari yang suka ngeluh, tapi dari yang tetep kerja meski Wi-Fi-nya lemot.”
Kesimpulan:
Pemuda memang masa depan bangsa, tapi tolong… jangan masa depannya di-pending.
Jangan nunggu tua baru sadar pentingnya berjuang. Soalnya revolusi gak akan lahir dari mager dan scroll reels sampe subuh.
Mari bangkit, wahai pemuda!
Bangkitlah dari kasurmu yang empuk, dari rebahan yang berkepanjangan, dan dari mimpi yang belum di-update jadi kenyataan.
” Kalau Soekarno butuh bambu runcing, pemuda zaman sekarang butuh kuota lancar dan niat yang gak habis di tengah bulan.”
Akhir kata dari redaksi Gareng–Petruk:
Hiduplah pemuda yang idealis, bukan yang realistis cuma pas disuruh bayar kopi.
Dan ingat…
” Bangsa ini butuh pemuda yang bukan cuma update status perjuangan, tapi juga bisa datang kalau disuruh kerja bakti.”
📜 Pewarta: Eko Windarto
🏢 Biro: Jawa Timur
🧩 Editor: Tim Gareng–Petruk – karena hidup tanpa tawa itu kayak sinyal 1 bar di tengah ladang… nyambung tapi nyesek.
















